Awal Mula Penggunaan Istilah Geografi di Indonesia
Geografi di Indonesia sudah dikenal sejak zaman pendudukan Belanda yang dibawa masuk oleh para ilmuwan Belanda yang melakukan studi/ kajian tentang Hindia Belanda.
Istilah Geografi yang dipergunakan adalah Aardrijskunde, sama seperti yang di negeri Belanda. Pada awalnya, perkembangan Geografi mengikuti perkembangan ilmu Geografi di negeri Belanda dan terus semakin pesat seiring dengan semakin banyaknya ilmuwan Geografi Belanda yang melakukan studi di Indonesia. Penggunaan istilah Aardrijskunde di sekolah-sekolah Indonesia cukup lama dan berakhir ketika Belanda meninggalkan Indonesia dan digantikan oleh Jepang.
Ketika Jepang menduduki Indonesia dan dengan semangat Asianya penggunaan istilah Aardrijskunde diganti dengan istilah yang sesuai dengan bahasa setempat. Ilmuwan Indonesia, seperti Adinegoro dan Adam Bachtiar menyelaraskan istilah tersebut dengan Ilmu Bumi. Istilah ini dipergunakan di sekolah-sekolah cukup lama, bahkan hingga sekarang istilah Ilmu Bumi untuk Geografi masih banyak dikenal.
Penggunaan istilah dan pengertian sebenarnya tentang Geografi baru dimulai pada tahun 1955 setelah terdapat Perguruan Tinggi dan kader-kader bangsa Indonesia mengembangkan ilmu tersebut. Setelah diadakan Seminar Geografi di Semarang pada tahun 1972 diperoleh keseragaman dalam mengisi dan menggunakan Geografi sebagai ilmu tata ruang, sedangkan terjemahan Ilmu Bumi lebih tepat untuk kata Geologi, karena Geo berarti Bumi dan Logos (logi) berarti Ilmu. Organisasi ini awalnya bernama Ikatan Geograf Indonesia yang kemudian sering singkat sebagai IGI.
Sejarah IGI (Ikatan Geograf Indonesia)
IGI merupakan organisasi profesi yang terdiri dari para peminat dan penggiat bidang Ilmu Geografi dan bertaraf nasional di Indonesia. IGI dibentuk di Jakarta pada tahun 1967 dengan tujuan untuk memajukan dan mengembangkan ilmu serta profesi geografi yang berguna bagi pembangunan bangsa dan negara Indonesia. Organisasi ini muncul dikarenakan adanya pergolakan sejarah yang sangat kuat pada dekade 1960an. Pada saat itu, sempat beredar isu bahwa Ilmu Geografi akan dihapuskan dari ruang pendidikan di Indonesia. Menanggapi pergolakan tersebut, para tokoh Geograf di Indonesia berusaha mempertahankan dengan melakukan eksistensi diri dalam Pembangunan Indonesia. Usaha tersebut kemudian ditandai dengan berdirinya Fakultas Geografi di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta pada tanggal 1 September 1963, serta dengan mendirikan perkumpulan ini.
Kongres I dan Ketua Umum Pertama IGI
Proses pendirian organisasi ini dilakukan melalui Kongres I dengan terpilihnya kepengurusan periode tahun 1967 – 1981 yang dipimpin oleh Prof. Dr. Ida Bagus Mantra. Setelah itu kepemimpinan beliau dilanjutkan dengan terpilih kembalinya sebagai ketua umum pada periode tahun 1981 – 1985 melalui Kongres II. Pada Kongres III kepengurusan beliau dilanjutkan dengan terpilihnya Prof. Bintarto sebagai ketua umum pada periode tahun 1985 – 1989. Pada Kongres IV, terpilih kembali Prof. Bintarto untuk melanjutkan kepengurusan periode tahun 1989 – 1993. Paska kepemimpinan Prof. Bintarto, Kongres V dilaksanakan dan terpilih Prof. I Made Sandy untuk mempimpin organisasi ini pada masa periode tahun 1993 – 1997. Akan tetapi pada masa periode ini, sempat terjadi kevakuman kegiatan organisasi. Oleh sebab itu, kongres luar biasa dengan semangat untuk mengembalikan kembali eksistensi organisasi ini dilakukan pada tahun 1998, yang kemudian disebut sebagai Kongres VI.
Hasil dari kongres tersebut yaitu terpilihnya Prof. Dr. Sutikno sebagai Ketua Umum IGI Periode 1998 – 2002 dan kemudian dilanjutkan pula masa kepengurusan pada periode tahun 2002 – 2006 melalui Kongres V di Bandung. Setelah dua periode kepengurusan Prof. Sutikno, pada tahun 2006 dilaksanakan Kongres VI IGI di UI, Jakarta, dan terpilih Ketua Umum yakni Prof. Dr. Suratman, M.Sc. Beliau memimpin organisasi ini mulai dari periode 2006 – 2010, yang dilanjutkan pada periode 2010 – 2014 melalui Kongres VII IGI di UNESA Surabaya.
Pada Kongres VIII yang dilakukan di UGM Yogyakarta pada tahun 2014, kemudian terpilih ketua umum baru yaitu Prof. Dr. Hartono, DEA, DESS. yang akan memimpin organisasi ini periode 2014 – 2018. Pada masa periode ini, perbaikan terus dilakukan, salah satunya adalah perbaikan dasar hukum kelembagaan sesuai dengan kebijakan pemerintah saat ini yaitu mendaftarkan organisasi IGI ke Kementerian Hukum dan HAM, serta pembuatan Akta Notaris.
Pada masa periode awal organisasi ini terbentuk, IGI bergerak dibawah naungan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Akan tetapi semenjak adanya Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 6 Tahun 2014 (PerMen 6/2014) tentang Pengesahan Badan Hukum Perkumpulan serta adanya kebutuhan tentang dasar hukum untuk mengembangkan program sertifikasi, maka dirasa perlu untuk mendaftarkan organisasi IGI secara legal melalui notaris ke Kemenkumham.
Permasalahannya adalah didalam peraturan menteri tersebut, tidak diperkenankan pemakaian nama Ikatan, Asosiasi, dan Perhimpunan, dikarenakan kejenuhan didalam database lembaga di Indonesia. Oleh karena itu, pada tahun 2015 nama Ikatan Geograf Indonesia yang disingkat dengan IGI diganti menjadi Masyarakat Geograf Indonesia yang kemudian disingkat dengan MGI. Keberadaan IGI ini telah diresmikan oleh pejabat notaris pada hari Kamis, tanggal 21 Mei 2015 di Sleman, D.I. Yogyakarta.