Tahapan Proses Pembentukan Bumi
Bumi terbentuk melalui tiga tahap proses pembentukan, yaitu mulai dari tahap awal bumi terbentuk, tahap diferensiasi sampai tahap akhir yaitu bumi mulai terbagi ke dalam beberapa zona atau lapisan, yaitu inti dalam inti luar, mantel dalam, mantel luar dan kerak bumi.
Ada dimensi lain dari geologi yang membuatnya berbeda dari ilmu-ilmu lain, yaitu dimensi waktu yang dipelajari pada Geokronologi. Geologi tidak hanya mempelajari bagaimana bumi bekerja, akan tetapi mereka juga harus menentukan apakah proses pembentukannya sudah benar sepanjang sejarah.
Geologi modern berkembang pesat pada akhir abad ke -18 dengan munculnya tokoh bernama James Hutton yang kemudian dikenal sebagai bapak geologi modern. Pada tahun 1795, James Hutton menerbitkan bukunya yang berjudul “Theory of the Earth”, dimana ia mencetuskan doktrin Uniformitarianism “The present is the key to the past”. Ia menekankan bahwa proses yang membentuk permukaan bumi seperti yang kita amati sekarang ini, telah berlangsung lama dan terus menerus sejak terbentuknya bumi.
Doktrin Uniformitarianisme menyibak tabir untuk membuka pintu misteri pada masa lalu. Ahli geologi percaya bahwa bumi terbentuk sekitar 4,6 miliar tahun lalu (4,6 x 109 tahun). Proses awal terbentuknya bumi, kondisi fisik, dan pembentukan kerak, kemungkinan tidak berulang dan terjadi hanya sekali selama sejarah pembentukan bumi.
Masalah yang timbul dalam mempelajari bumi adalah bahwa catatan masa lalu tidak utuh dan lengkap. Bumi adalah permukaan planet yang dinamis dan bagian dalamnya selalu dalam keadaan berubah. Gunung yang ada jutaan tahun lalu telah hilang, terkikis dan terendapkan sehingga terkandung di dalam batuan yang berada saat ini. Bukti-bukti lainnya sangat mungkin tidak terlihat karena terkubur ribuan meter di bawah permukaan bumi.
Ketika manusia melihat gunung, lautan, dan daratan. mereka bertanya-tanya bagaimana bentuk fitur skala besar. Mengapa ada banyak pegunungan di Sumatera tapi sangat jarang di Kalimantan? Bagaimana terbentuknya lautan dan benua? Beberapa hipotesa yang berbeda telah berkembang dalam kurun 200 tahun terakhir untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, tetapi kita akan membahas empat hipotesa, keempat hipotesa ini telah diterima secara ilmiah oleh masyarakat umum, diantaranya:
Hipotesa Bumi Statis/bumi yang diam
Hipotesa ini menyatakan bahwa bumi yang kita lihat sekarang ini tidak jauh berbeda dari keadaan awalnya. Gunung-gunung yang terbentuk berasal dari material yang sama dan masih tidak banyak berubah sampai sekarang, sebagaimana cekungan laut, benua, danau, dan sungai. Pelapukan mungkin telah menurunkan ketinggian dari gunung dan adanya endapan pasir, kerikil, dan debu yang diterbangkan oleh angin. Sungai dan gletser mungkin dari dulu telah mengisi beberapa dataran rendah, tetapi dalam lingkup keseluruhan sejarah bumi, perubahan tersebut dianggap tidak signifikan.
Hipotesa Bumi berkembang
Dalam model hipotesa ini, permukaan bumi diumpamakan dengan lapisan tipis yang rapuh seperti pada permukaan balon yang meluas karena diisi udara. Balon kemudian menjadi retak karena pengembangan dari pelapisan tersebut. Demikian pula dengan bumi yang mengalami perkembangan sehingga menyebabkan bumi retak. Retakan ini menjadi cekungan laut baru, juga memunculkan gunung dan benua.
Hipotesa Bumi menyusut
Hipotesa yang ketiga ini menyatakan tentang bumi yang menyusut. Model ini bertentangan dengan yang sebelumnya, tetapi juga menyatakan bahwa benua baru dan lautan dapat terbentuk setiap saat. Dalam model ini bumi diumpamakan dengan balon yang perlahan mengempis. Seperti balon semakin kecil, permukaan awalnya yang halus menjadi keriput dan berkerut. Hasil kerutan ini berupa lipatan yang menjadi lautan dan pegunungan
Hipotesa Bumi berdenyut
Beberapa ahli geologi berpikir bahwa mereka telah menemukan bukti yang cukup baik tentang adanya dan kontraksi dari permukaaan bumi. Mereka mengembangkan model bumi yang berdenyut, yang menggabungkan dua hipotesa sebelumnya yaitu hipotesis bumi berkembang dan menyusut. Menurut model ini bumi memiliki periode berekspansi dan kontraksi. Jika pemuaian berhubungan dengan pemanasan dan penyusutan berhubungan dengan pendinginan, maka pemahaman sejarah termal yang sangat kompleks diperlukan untuk kepentingan tersebut. Energi panas harus dibangkitkan secara berkala dan kemudian dilepaskan.
Teori-teori Pembentukan Muka Bumi
Teori Konstraksi
Teori yang dikemukakan oleh James Dwight Dana dan Ellie De Baumant, seorang ahli geografi dari Amerika Serikat. Ia menyatakan bahwa bumi mulai mengalami pendinginan karena adanya konduksi panas. Hal ini menyebabkan adanya proses pengerutan pada permukaan bumi. Bagian yang menonjol menjadi daratan serta yang berbentuk lekukan terisi oleh air dan menjadi lautan.
Teori Laurasio-Gondwana
Dikemukakan oleh Eduard Suess, ia menyatakan bahwa awal mula terbentuknya benua karena terdapat dua benua di kutub. Benua tersebut adalah benua Laurasia yang berada di kutub utara serta benua Gondwana yang berada di kutub selatan. Dua benua tersebut terpecah dan tertarik ke ekuator. Hingga akhirnya Gondwana terpecah menjadi Amerika Serikat, Afrika serta Autralia. Sedangkan Laurasia terpecah menjadi Asia, Eropa, dan Amerika Utara.
Teori Pergeseran Benua
Teori ini dipelopori oleh Alfred Lothar Wegener, ia menyatakan bahwa benua pada mulanya hanya ada satu, yaitu Pangea. Pengaruh dari rotasi bumi akhirnya menyebabkan Pangea terpecah-pecah menjadi beberapa benua yang sekarang ada, yaitu Asia, Eropa, Amerika, Afrika serta Autralia.
Teori Pemekaran Samudra
Teori yang dikemukakan oleh Harry Hammond Hess ini didasari dari hasil pemotretan satelit di dasar laut serta ekspedisi selam samudra. Melalui teori ini, Hess menyimpulkan bahwa dasar samudra mengalami pemekaran yang berpusat pada igir-igir samudra. Terdapat tiga bukti yang mendukung teorinya, antara lain: Di samudra Atlantik, Hindia serta Pasifik selatan, terdapat igir tengah samudra yang memanjang dan bersambung-sambung yang terbuat dari tumpukan lava Di sepanjang tepi benua terdapat palung laut yang memanjang sejajar jalur pegunungan di atas benua Jarak antara Eropa dan Amerika semakin bertambah.
Teori Lempeng Tektonik
Dikenal juga sebagai teori pergeseran lempeng, teori ini dikemukakan oleh Jason Morgan. Morgan menyampaikan bahwa pusat gempa yang aktif berdampingan sejajar dengan jalur pegunungan. Teori ini merupakan penggabungan teori pergeseran benua dan pemekaran samudra serta hipotesis konveksi pada mantel atas.